Sistem saraf pada Amphibi dibedakan menjadi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula spinalis). Pada amphibi, selain dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang juga dilindungi oleh 2 lapisan selaput meninges. Dua lapisan meninges pada amphibi dari luar ke dalam adalah duramatar (yang berupa jaringan ikat) dan pia-arakniod yang vascular. Di antara dua lapisan tersebut terdapat spatium subdurale.
Gerak refleks katak yang diatur oleh otak terdapat pada bagian:
Gerak refleks katak yang diatur oleh otak terdapat pada bagian:
a. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil. Pada bagian atas (dorsal) otak tengah juga terdapat lobus optikus dan sepasang nervus optikus yang saling bersilangan. Pertemuan atau persilangan antara dua nervus optikus disebut sebagai chiasma. Lobus ini merupakan pusat penglihat, karena semua nervus optikus bermuara pada lobus ini. Lobus ini juga berfungsi mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata. Lobus optikus pada amphibi lebih berkembang daripada lobus olfaktorius. Hal ini karena amphibi, contohnya katak merupakan hewan nokturnal
b. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Serebelum pada amphibi mereduksi, karena aktifitas otot relative berkurang.
c. Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
c. Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum lanjutan juga mempengaruhi refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum lanjutan juga mengatur gerak refleks yang lain.
Refleks katak spinal adalah gerak refleks yang diatur oleh medulla spinalis. Medulla spinalis
merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk ke dalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks.
merupakan lanjutan dari medulla oblongata yang masuk ke dalam kanalis vertebralis. Pada amphibi, medulla spinalis mengalami pembesaran di bagian servikalis. Medulla spinalis berfungsi menghantarkan impuls sensori dari saraf perifer ke otak dan menyampaikan impuls motoris dari otak ke saraf perifer. Selain itu juga merupakan pusat dari refleks.
Mekanisme Penghantar Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan sinapsis. Penghantaran impuls melalui sel saraf baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin.
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin.
Penghantaran impuls dari saraf motor ke otot terjadi karena antara saraf motor dan otot terdapat sinapsis berbentuk cawan dengan membran pra-sinapsis dan membran post-sinapsis yang terbentuk dari sarkolema yang mengelilingi sel otot. Prinsip kerjanya sama dengan sinapsis saraf-saraf lainnya. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu misalnya terdapat rangsang yang diberikan secara tiba-tiba misalnya panas, sentuhan, dingin dan lain lain. Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila sel saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut.
New artikel:
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak.
Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu:
Stimulus pada organ reseptor –> sel saraf sensorik –> sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang –> sel saraf motorik –> respon pada organ efektor.
Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung refleks.
Macam gerak refleks yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak terjadi apabila saraf penghubung (asosiasi) terdapat di dalam otak, seperti gerak mengedip atau mempersempit pupil pada saat ada cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum tulang belakang terjadi apabila sel saraf penghubung terdapat di dalam sumsum tulang belakang seperti refleks pada lutut.
Ciri gerak refleks yaitu:
• Dapat diramalkan jika rangsangannya sama
• Memiliki tujuan tertentu bagi organisme tersebut
• Memiliki reseptor tertentu dan terjadi pada efektor tertentu
• Berlangsung cepat, tergantung pada jumlah sinapsis yang dilalui impuls
• Spontan, tidak dipelajarai dulu
• Fungsi sebagai pelindung dan pengatur tingkah laku hewan
• Respon terus menerus dapat menyebabkan kelelahan
Macam refleks: refleks spinal (pada sumsum tulang belakang), refleks medulla (pada sumsum lanjutan), refleks cerebellar (melibatkan otak kecil), refleks superfisial (melibatkan kulit dan lain-lain), refleks miotatik (pada otot lurik), serta refleks visceral (berhubungan dengan dilatasi pupil dan denyut jantung)
Proses refleks diawali dengan rangsang yang dicandra oleh reseptor. Di sel reseptor ini akan terjadi proses transduksi yaitu terjadinya perubahan berbagai bentuk energi rangsang menjadi energi listrik. Potensial listrik yang timbul di reseptor disebut sebagai potensial reseptor yang dapat berupa depolarisasi atau hiperpolarisasi. Amplitudo potensial reseptor ini berubah secara bergradasi bergantung kepada intensitas rangsang, namun tetap tidak akan berupa potensial aksi. Reseptor mampu untuk beradaptasi dengan ‘mengendalikan’ amplitudo potensial reseptor. Dengan kata lain proses pengendalian saraf terhadap respons tubuh telah dimulai dengan pengendalian reaksi reseptor terhadap rangsang.
Depolarisasi yang terjadi di reseptor dapat memicu terbentuknya potensial aksi di neuron aferen yang terkait dengan reseptor tersebut. Potensial aksi di neuron aferen ini akan dihantarkan sebagai impuls dengan frekuensi serta jenis irama sebagai kode yang bergantung kepada tinggi rendahnya potensial reseptor serta jenis neuron yang dilaluinya. Neuron aferen ini bersinaps dengan interneuron atau neuron motorik di saraf pusat. Melalui sinaps tersebut terjadi proses penghantaran impuls. Impuls dari neuron pertama dapat diteruskan tanpa perubahan, dapat ditingkatkan frekuensi maupun amplitudonya oleh neuron berikutnya (neuron pasca sinaps) atau bahkan dapat terjadi hambatan (inhibisi) penghantaran impuls. Dengan demikian di sinaps dapat terjadi proses pengendalian yang dapat berupa eksitasi maupun inhibisi.
Neurotransmitter adalah sutu zat kimia yang dapat menyebrangkan impuls dari neuron pra sinapsis ke post sinapsis.
Macam-macam neurotransmitter:
• Asetilkolin → diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase (dihasilkan oleh membran post sinapsis).
• Noradrenalin →terdapat pada system saraf simpatik.
• Serotonin → terdapat di otak
• Dopamin → terdapat di otak.
Urutan perambatan impuls pada gerak refleks yaitu:
Stimulus pada organ reseptor –> sel saraf sensorik –> sel penghubung (asosiasi) pada sumsum tulang belakang –> sel saraf motorik –> respon pada organ efektor.
Jalan pintas pada gerak refleks yang memungkinkan terjadinya gerakan dengan cepat disebut lengkung refleks.
Macam gerak refleks yaitu refleks otak dan refleks sumsum tulang belakang. Refleks otak terjadi apabila saraf penghubung (asosiasi) terdapat di dalam otak, seperti gerak mengedip atau mempersempit pupil pada saat ada cahaya yang masuk ke mata. Refleks sumsum tulang belakang terjadi apabila sel saraf penghubung terdapat di dalam sumsum tulang belakang seperti refleks pada lutut.
Ciri gerak refleks yaitu:
• Dapat diramalkan jika rangsangannya sama
• Memiliki tujuan tertentu bagi organisme tersebut
• Memiliki reseptor tertentu dan terjadi pada efektor tertentu
• Berlangsung cepat, tergantung pada jumlah sinapsis yang dilalui impuls
• Spontan, tidak dipelajarai dulu
• Fungsi sebagai pelindung dan pengatur tingkah laku hewan
• Respon terus menerus dapat menyebabkan kelelahan
Macam refleks: refleks spinal (pada sumsum tulang belakang), refleks medulla (pada sumsum lanjutan), refleks cerebellar (melibatkan otak kecil), refleks superfisial (melibatkan kulit dan lain-lain), refleks miotatik (pada otot lurik), serta refleks visceral (berhubungan dengan dilatasi pupil dan denyut jantung)
Proses refleks diawali dengan rangsang yang dicandra oleh reseptor. Di sel reseptor ini akan terjadi proses transduksi yaitu terjadinya perubahan berbagai bentuk energi rangsang menjadi energi listrik. Potensial listrik yang timbul di reseptor disebut sebagai potensial reseptor yang dapat berupa depolarisasi atau hiperpolarisasi. Amplitudo potensial reseptor ini berubah secara bergradasi bergantung kepada intensitas rangsang, namun tetap tidak akan berupa potensial aksi. Reseptor mampu untuk beradaptasi dengan ‘mengendalikan’ amplitudo potensial reseptor. Dengan kata lain proses pengendalian saraf terhadap respons tubuh telah dimulai dengan pengendalian reaksi reseptor terhadap rangsang.
Depolarisasi yang terjadi di reseptor dapat memicu terbentuknya potensial aksi di neuron aferen yang terkait dengan reseptor tersebut. Potensial aksi di neuron aferen ini akan dihantarkan sebagai impuls dengan frekuensi serta jenis irama sebagai kode yang bergantung kepada tinggi rendahnya potensial reseptor serta jenis neuron yang dilaluinya. Neuron aferen ini bersinaps dengan interneuron atau neuron motorik di saraf pusat. Melalui sinaps tersebut terjadi proses penghantaran impuls. Impuls dari neuron pertama dapat diteruskan tanpa perubahan, dapat ditingkatkan frekuensi maupun amplitudonya oleh neuron berikutnya (neuron pasca sinaps) atau bahkan dapat terjadi hambatan (inhibisi) penghantaran impuls. Dengan demikian di sinaps dapat terjadi proses pengendalian yang dapat berupa eksitasi maupun inhibisi.
Neurotransmitter adalah sutu zat kimia yang dapat menyebrangkan impuls dari neuron pra sinapsis ke post sinapsis.
Macam-macam neurotransmitter:
• Asetilkolin → diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase (dihasilkan oleh membran post sinapsis).
• Noradrenalin →terdapat pada system saraf simpatik.
• Serotonin → terdapat di otak
• Dopamin → terdapat di otak.
0 komentar:
Posting Komentar